Rangkuman Materi Modul 3.1 Guru Penggerak - CGP Angkatan 10

By: Dedy Murdani, S.Ag



Nilai-Nilai Kebajikan Universal

Sekolah merupakan sebuah institusi moral yang dirancang untuk membentuk karakter warganya. Sekolah mempunyai pemimpin yang akan menghadapi sebuah situasi sulit dalam mengambil keputusan yang banyak mengandung dilema secara etika dan konflik antara nilai-nilai universal yang sama-sama benar. Keputusan yang diambil akan menjadi refleksi nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh sekolah dan menjadi rujukan bagi seluruh warga sekolah.

Nilai-nilai kebajikan universal seperti Keadilan, Tanggung Jawab, Kejujuran, Bersyukur, Lurus Hati, Berprinsip, Integritas, Kasih Sayang, Rajin, Komitmen, Percaya Diri, Kesabaran, dan masih banyak lagi.

Nilai-nilai kebajikan menurut IBO Primary Years Program (PYP), yaitu:

  • Toleransi
  • Rasa Hormat
  • Integritas
  • Mandiri
  • Menghargai
  • Antusias
  • Empati
  • Keingintahuan
  • Kreativitas
  • Kerja sama
  • Percaya Diri
  • Komitmen
Nilai-nilai kebajikan menurut Sembilan Pilar Karakter Indonesian Heritage Foundation (IHF), yaitu:
  • Cinta Tuhan dan segenap ciptaanNYA
  • Kemandirian dan Tanggung jawab
  • Kejujuran (Amanah), Diplomatis
  • Hormat dan Santun
  • Dermawan, Suka Menolong dan Gotong Royong
  • Percaya Diri, Kreatif dan Pekerja Keras
  • Kepemimpinan dan Keadilan
  • Baik dan Rendah Hati
  • Toleransi, Kedamaian dan Kesatuan
Nilai-nilai kebajikan menurut Petunjuk Seumur Hidup dan Keterampilan Hidup (LIfelong Guidelines and Life Skills), yaitu:

Keterampilan Hidup:
  • Dapat dipercaya
  • Lurus Hati
  • Pendengar yang Aktif
  • Tidak Merendahkan Orang Lain
  • Memberikan yang Terbaik dari Diri
Petunjuk Hidup:
  • Peduli
  • Penalaran
  • Bekerja sama
  • Keberanian
  • Keingintahuan
  • Usaha
  • Keluwesan/Fleksibilitas
  • Berorganisasi
  • Kesabaran
  • Keteguhan hati
  • Kehormatan
  • Memiliki Rasa humor
  • Berinisiatif
  • Integritas
  • Pemecahan Masalah
  • Sumber pengetahuan
  • Tanggung jawab
  • Persahabatan
Nilai-nilai kebajikan menurut The Seven Essential Virtues (dari Building Moral Intelligence, Michele Borba), yaitu:
  • Empati
  • Suara Hati
  • Kontrol Diri
  • Rasa Hormat
  • Kebaikan
  • Toleransi
  • Keadilan

Perbedaan Antara Dilema Etika dan Bujukan Moral

Dilema Etika (Benar vs Benar) merupakan situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan yang secara moral benar, tetapi bertentangan.
Contoh Kasus

Pak Dedy, kepala sekolah di sebuah sekolah dasar, menghadapi situasi sulit. Seorang guru senior, Bu Nina, yang telah mengajar selama 20 tahun, dikenal sebagai guru yang sangat berkomitmen dan peduli terhadap siswa. Namun, akhir-akhir ini, kinerjanya mulai menurun. Beberapa orang tua siswa melaporkan bahwa anak-anak mereka merasa tidak diperhatikan di kelas Bu Nina dan nilai mereka mulai menurun.

Pak Dedy melakukan evaluasi dan menemukan bahwa Bu Nina mengalami masalah kesehatan yang mempengaruhi kemampuannya untuk mengajar dengan efektif. Ia sudah mencoba berbicara dengan Bu Nina beberapa kali dan menyarankan agar Bu Nina mengambil cuti untuk fokus pada kesehatannya. Namun, Bu Nina menolak karena merasa bahwa kehadirannya di sekolah masih penting dan ia takut kehilangan pekerjaannya jika mengambil cuti terlalu lama.

Dilema:

  • Kepentingan Siswa (Keadilan): Memberikan perhatian yang memadai kepada semua siswa dan memastikan bahwa mereka mendapatkan pendidikan berkualitas.
  • Kepedulian Terhadap Guru (Kesetiaan dan Empati): Menunjukkan kepedulian dan dukungan kepada Bu Nina, yang telah lama mengabdi dan berdedikasi, serta mempertimbangkan kondisi kesehatannya.

Pilihan:

  1. Mengizinkan Bu Nina Tetap Mengajar:

    • Pro: Menunjukkan empati dan dukungan terhadap Bu Nina. Menghargai pengabdiannya selama bertahun-tahun.
    • Kontra: Siswa mungkin tidak mendapatkan perhatian dan pendidikan yang mereka butuhkan, yang dapat berdampak negatif pada hasil belajar mereka.
  2. Meminta Bu Nina Mengambil Cuti:

    • Pro: Siswa akan mendapatkan pengajaran yang lebih efektif dari pengganti sementara. Bu Nina dapat fokus pada kesehatannya dan kembali dengan kinerja yang lebih baik.
    • Kontra: Bu Nina mungkin merasa tidak dihargai dan khawatir tentang masa depannya di sekolah. Bisa merusak hubungan dan moralnya.

Penyelesaian:

Pak Dedy perlu mempertimbangkan beberapa langkah berikut untuk menyelesaikan dilema ini:

  1. Diskusi Terbuka dengan Bu Nina:

    • Menjelaskan secara jelas dan empatik tentang kekhawatiran orang tua dan hasil evaluasi.
    • Mendorong Bu Nina untuk melihat cuti sebagai langkah positif untuk kesehatannya dan kesejahteraan siswa.
  2. Mencari Solusi Alternatif:

    • Menawarkan Bu Nina peran yang lebih ringan atau tanggung jawab yang lebih sedikit sementara waktu, seperti tugas administrasi atau bimbingan siswa di luar kelas.
  3. Konsultasi dengan Tim Kesehatan dan HR:

    • Memastikan bahwa Bu Nina mendapatkan dukungan medis dan konseling yang diperlukan.
    • Mengatur cuti medis yang memungkinkan Bu Nina untuk merasa aman dan tidak khawatir kehilangan pekerjaannya.
  4. Mengomunikasikan Keputusan dengan Transparansi:

    • Memberitahu orang tua dan siswa tentang langkah-langkah yang diambil untuk memastikan kualitas pendidikan, sambil menghargai kontribusi Bu Nina.

Kesimpulan:

Dilema etika (Benar vs Benar) dalam pendidikan menuntut pemimpin pembelajaran untuk membuat keputusan yang sulit dan kompleks. Dengan mengidentifikasi nilai-nilai yang terlibat, melibatkan pihak terkait, mengevaluasi konsekuensi, menggunakan prinsip-prinsip etika, refleksi pribadi, dan mencari nasihat profesional, pemimpin pembelajaran dapat mengambil keputusan yang bertanggung jawab dan bijaksana. Pendidikan bukan hanya tentang mengajarkan pengetahuan, tetapi juga tentang membentuk karakter dan moral yang kuat, dan dalam proses ini, pemimpin pembelajaran harus siap menghadapi dan menyelesaikan dilema etika dengan integritas.

Dengan pendekatan yang empatik dan mempertimbangkan kepentingan semua pihak, Pak Dedy dapat membuat keputusan yang seimbang. Dalam hal ini, menunjukkan kepedulian terhadap kesehatan Bu Nina sambil memastikan bahwa siswa tetap mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Ini adalah contoh bagaimana dilema etika (Benar vs Benar) dalam pendidikan memerlukan pertimbangan yang hati-hati dan keputusan yang berdasarkan nilai-nilai keadilan dan empati.

Bujukan moral (Benar vs Salah) merupakan situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar atau salah.
Contoh Kasus:

Di sebuah sekolah menengah, Pak Arif, seorang guru matematika, mengetahui bahwa salah satu siswa, Rina, telah menyontek pada ujian akhir semester. Rina adalah salah satu siswa yang berprestasi dan sering mendapatkan penghargaan di sekolah. Pak Arif mengetahui bahwa jika Rina kehilangan nilai pada ujian tersebut, hal itu bisa mempengaruhi peluangnya untuk mendapatkan beasiswa dan dampaknya pada masa depannya.

Namun, Pak Arif juga tahu bahwa menyontek adalah pelanggaran serius terhadap aturan sekolah dan prinsip kejujuran akademik. Selama ini, sekolah menerapkan kebijakan zero tolerance terhadap kecurangan akademik dan semua siswa diharapkan untuk mematuhi aturan ini.

Dilema:

  • Benar (Menegakkan Aturan dan Kejujuran): Melaporkan tindakan menyontek Rina kepada pihak sekolah dan memberikan sanksi sesuai dengan kebijakan yang berlaku. Ini mendukung nilai-nilai kejujuran dan konsistensi dalam penegakan aturan.
  • Salah (Mengabaikan Pelanggaran untuk Kepentingan Pribadi): Mengabaikan tindakan menyontek Rina dan tidak melaporkannya untuk menjaga reputasi dan masa depan Rina. Ini bisa dianggap sebagai tindakan yang mendukung ketidakjujuran dan melanggar prinsip integritas.

Pilihan:

  1. Melaporkan Kecurangan Rina:

    • Pro: Menegakkan kebijakan sekolah tentang kejujuran akademik dan memberi contoh yang jelas kepada siswa lain tentang pentingnya integritas. Menunjukkan bahwa tidak ada yang diistimewakan dalam hal aturan.
    • Kontra: Rina mungkin kehilangan peluang beasiswa dan mengalami dampak negatif yang signifikan pada masa depannya. Ini juga bisa merusak hubungan antara Pak Arif dan siswa, serta menambah tekanan pada sistem pendidikan.
  2. Mengabaikan Kecurangan dan Tidak Melaporkannya:

    • Pro: Membantu Rina menjaga peluang masa depannya dan mungkin menghindari dampak negatif yang besar terhadap karier akademisnya.
    • Kontra: Mengabaikan kecurangan bisa merusak kredibilitas sistem pendidikan dan memberikan pesan bahwa aturan bisa dilanggar tanpa konsekuensi. Ini juga dapat merugikan siswa lain yang mematuhi aturan dengan jujur.

Penyelesaian:

Pak Arif perlu mempertimbangkan langkah-langkah berikut untuk menyelesaikan dilema ini:

  1. Evaluasi Kebijakan dan Konsekuensi:

    • Mengkaji kembali kebijakan sekolah tentang kecurangan akademik dan memastikan bahwa keputusan yang diambil konsisten dengan kebijakan tersebut.
  2. Diskusi dengan Rina:

    • Berbicara dengan Rina secara pribadi untuk memahami situasinya dan memberi kesempatan kepada Rina untuk mengakui kesalahan dan belajar dari pengalaman tersebut.
  3. Konsultasi dengan Pihak Sekolah:

    • Mendiskusikan situasi ini dengan kepala sekolah atau dewan etik untuk mendapatkan panduan tentang bagaimana menangani kasus ini sesuai dengan kebijakan sekolah.
  4. Memberikan Dukungan untuk Perbaikan:

    • Menawarkan bimbingan dan dukungan kepada Rina untuk memperbaiki kesalahan dan mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya kejujuran akademik.

Kesimpulan:

Bujukan Moral (Benar vs Salah) adalah situasi di mana seseorang dihadapkan pada keputusan antara dua pilihan yang secara jelas berbeda dalam hal kebenaran dan kesalahan. Dalam konteks etika, ini berarti seseorang harus memilih antara tindakan yang benar dan salah berdasarkan norma moral atau prinsip etika yang berlaku.

Dalam dilema bujukan moral (Benar vs Salah) ini, Pak Arif harus memutuskan apakah akan menegakkan aturan tentang kejujuran akademik dengan melaporkan kecurangan Rina atau mengabaikan pelanggaran demi kepentingan pribadi Rina. Dengan mengambil pendekatan yang transparan dan konsisten dengan kebijakan sekolah, Pak Arif dapat memastikan bahwa keputusan yang diambil mendukung integritas dan keadilan dalam lingkungan pendidikan, sambil memberikan dukungan yang diperlukan bagi siswa untuk belajar dan berkembang.


Empat Paradigma Dilema Etika

Ketika kita menghadapi situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup.

Ada 4 kategori dilema etika, yaitu:
  1. Individu lawan masyarakat (individual vs community)
  2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
  3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
  4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Prinsip Dilema Etika

Terdapat 3 prinsip dilema etika, yaitu:
  1. Saya lakukan karena itu yang terbaik untuk kebanyakan orang (Berpikir Berbasis Hasil AKhir/End-Based Thinking).
  2. Ikuti prinsip atau aturan-aturan yang telah ditetapkan (Berpikir Berbasis Peraturan/Rule-Based Thinking)
  3. Memutuskan sesuatu dengan pemikiran apa yang anda harapkan orang lain lakukan terhadap anda (Berpikir Berbasis rasa peduli/Care-Based Thinking)

Konsep Pengambilan dan Pengujian Keputusan

Dalam mengambil keputusan pada situasi dilema etika atau bujukan moral, maka dapat melakukan 9 langkah berikut.
  1. Mengenali nilai-nilai yang bertentangan
  2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi tersebut
  3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi tersebut
  4. Pengujian benar atau salah dengan uji legal, uji regulasi, uji intuisi/perasaan, uji publikasi, dan uji panutan.
  5. Pengujian paradigma benar lawan benar (gunakan 4 paradigma)
  6. Melakukan prinsip resolusi (gunakan 3 prinsip)
  7. Investigasi opsi trilema (pilihan keputusan yang lain)
  8. Buat keputusan
  9. Lihat lagi keputusan dan refleksikan

Sumber: Modul 3.1 Guru Penggerak.

Comments

Popular posts from this blog

Sejarah Singkat PKKI

Aku Mengembangkan Kemampuan Diriku - Bacaan Kitab Suci